Blog ini dibuat untuk menganalisa
suatu kasus ke dalam bab 4 yang berisi teori tentang cinta kasih. Digunakan
metode kualitatif karena blog ini sifatnya memberikan penjelasan dengan menggunakan
analisis dan lebih fokus pada landasan teori. Sumber data yang digunakan adalah
internet dan metologi yang di gunakan adalah membaca tentang kisah Bung Tomo
dan Sulistina dari berita online lalu menganalisa menggunakan bab 4. Hasil dari
penelitian ini adalah sebuah blog yang di Analisa menggunakan bab 4.
Bung
Tomo dan Sulistina bertemu ketika keduanya sama-sama berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bung Tomo berjuang lewat pidato-pidatonya
di radio untuk membakar semangat arek-arek Surabaya melawan Belanda yang ingin
kembali menjajah Indonesia melalui tentara NICA. Sedangkan Sulistina bergabung
dalam Palang Merah Indonesia (PMI) yang bertugas menolong para pejuang yang
terluka karena perang. Suatu ketika keduanya bertemu dalam sebuah rapat, Bung
Tomo jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sulistina pun tidak bisa
mengalihkan pandangannya pada Sulistina. Sampai akhirnya Bung Tomo menyatakan
cintanya pada Sulistina melalui surat. Merekapun menikah pada tanggal 19 Juni
1947, dan dikaruniai 5 anak. Setelah menikah, perlakuan Bung Tomo pada
Sulistina pun tetap romantis. Seperti setiap Bung Tomo mendengar musik di
televisi Bung Tomo selalu mengajak Sulistina untuk berdansa. Bung Tomo juga
punya banyak panggilan sayang untuk Sulistina, seperti "Tieng adikku
sayang", "Tieng bojoku sing denok debleng", dan "Tieng
istri pujaanku". Bung Tomo juga selalu membuka pintu mobil untuk Sulistina
dan mengajak Sulistina kemanapun ia pergi. Kecintaan yang mendalam kepada istrinya juga
ditunjukkan Bung Tomo, yang di mana-mana selalu menyampaikan tentang sosok
perempuan dengan ungkapan put your wife on a pedestal. Kalau
diartikan "manjakanlah istrimu". Bung Tomo juga tidak setuju dengan
poligami, Sulistinapun juga menolak keras poligami. Sulistina sangat terharu atas
semua cinta dan perhatian Bung Tomo seperti ketika membuka dompet Bung Tomo
setelah kepergiannya untuk selama-lamanya. Di dompet itu Bung Tomo masih
menaruh foto Sulistina dan ada tulisan "iki bojoku" (ini istriku).
Pada foto lain tertulis "Tien istri Tomo". Bung Tomo meninggal saat
melaksanakan ibadah haji pada 7 Oktober 1981. Jenazahnya dibawa pulang ke tanah
air dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya, Jawa Timur. Ia
mendapat gelar pahlawan nasional bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan
tanggal 10 November 2008. Kecintaan Sulistina tidak berhenti begitu saja
seperti saking ingatnya dengan surat Bung Tomo, Sulistina pun menulis buku
‘Romantisme Bung Tomo, Kumpulan Surat dan Dokumen Pribadi Pejuang Revolusi
Kemerdekaan’ pada tahun 2006 lalu. Hingga akhirnya Sulistina tutup usia pada
tanggal 31 Agustus 2016.
Cinta, menurut kamus bahasa
Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta adalah rasa sangat suka, sayang ataupun
rasa sangat kasih atau tertarik hatinya. Sedangkan, kasih adalah perasaan
sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan.
Seperti halnya kisah Bung Tomo
dan istrinya Sulistina yang bertemu pada sebuah rapat, Bung Tomo yang melihat
Sulistina pun tidak mengalihkan pandangannya pada Sulistina.
Dalam bukunya seni mencinta Erich
Fromm, cinta itu terutama memberi bukan menerima. Yang paling penting dalam
memberi adalah hal – hal yang bersifat manusiawi, bukan materi.
Seperti Bung Tomo yang selalu
mengirim Sulistina surat yang isinya.
“Kalau ada musuh yang siap
menembak, dan yang akan ditembak masih pikir-pikir dulu, itu kelamaan. Aku
dikenal sebagai seorang pemimpin yang baik dan aku adalah seorang pandu yang
suci dalam perkataan dan perbuatan. Pasti aku tidak akan mengecewakanmu.
Seorang pejuang tidak akan mengingkari janjinya. Aku mencintaimu sepenuh
hatiku, aku ingin menikahimu kalau Indonesia sudah merdeka. Aku akan
membahagiakanmu dan tidak akan mengecewakanmu seumur hidupku." tulis Bung
Tomo.
Pengertian cinta juga dikemukakan
oleh Dr. Salito W. Sarwono, bahwa cinta memiliki 3 unsur yaitu keterikatan,
keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah adanya perasaan hanya untuk
bersama dia, segala prioritas untuk dia, dan tak mau pergi dengan orang lain
kecuali dengan dia. Keintiman, adanya kebiasaan – kebiasaan dan tingkah laku
yang menunjukkan bahwa tidak ada jarak lagi dengan dia, selain itu juga
panggilan formal seperti bapak atau ibu digantikan dengan memanggil nama atau
sebutan sayang dan sebagainya. Kemesraan, adanya rasa kalau jauh atau lama
tidak betemu, adanya ucapan – ucapan yang mengungkapkan rasa sayang, dan
seterusnya.
Ketertarikan, keintiman, dan
kemesraan Bung Tomo terdapat pada saat memilih untuk tidak menghadiri sidang
veteran di Nairobi dikarenakan Sulistina tidak bisa ikut lantaran alasan biaya.
Akhirnya undangan itu diberikan kepada kawannya dan memintanya supaya pesan dan
catatanya disampaikan dalam sidang. Bung Tomo suka menulis surat untuk
Sulistina dan selalu memanggilnya dengan panggilan Tiengke. Kadang
dikombinasikan dengan "Tieng adikku sayang", "Tieng bojoku sing
denok debleng", dan "Tieng istri pujaanku". Saking cintanya pada
sang istri Bung Tomo selalu mengajak sang istri berdansa ketika mendengar musik di televisi. Bung Tomo juga selalu membukakan pintu mobil untuk Sulistina
Dr. Abdullah Nasih Ulwan mengemukakan,
cinta adalah perasaaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk
mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang, selain itu
cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dengan
kehidupannya.
Seperti Bung Tomo selalu mengajak
Sulistina kemana pun ia pergi. Kecintaan yang mendalam kepada istrinya juga
ditunjukkan Bung Tomo, yang di mana-mana selalu menyampaikan tentang sosok
perempuan dengan ungkapan put your wife on a pedestal. Kalau diartikan
"manjakanlah istrimu". Bung Tomo juga tidak setuju dengan poligami.
Sama seperti Bung Tomo, Sulistina juga menolak keras poligami. Ia bahkan
melarang Bung Tomo menghadiri rapat dengan Presiden Sukarno bila di dalam rapat
itu ada Hartini, istri keempat Sukarno. Gara-gara Hartini, Ibu Negara Fatmawati
memilih meninggalkan Istana Negara karena tidak mau dimadu oleh Sukarno.
Cinta memiliki 3 tingkatan yaitu
tingkatan tinggi, menengah dan rendah. Cinta tingkatan tinggi adalah cinta
kepada Allah atau Tuhan Yang Maha Esa. Cinta tingkatan menengah adalah cinta
kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami, dan kerabat. Sedangkan cinta
tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat,
harta dan tempat tinggal.
Cinta Bung Tomo dan Sulistina merupakan
tingkatan cinta menengah karena mereka adalah sepasang suami istri yang terikat
pernikahan. Cinta Bung Tomo dan Sulistina juga termasuk cinta tingkat rendah
karena Bung Tomo sangat mencintai keluarganya seperti mendidik kelima anaknya
untuk tidak berbohong, bersikap disiplin.
Cinta menurut ajaran agama ada 6
yaitu cinta diri, cinta kepada sesama manusia, cinta seksual, cinta kebapakan,
cinta kepada Allah, dan cinta kepada Rasul. Cinta diri erat kaitannya dengan
dorongan menjaga diri. Keberadaan cinta kepada sesama manusia agar manusia
dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya,
tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan
egoismenya.Cinta kebapakan mengingatkan bahwa antara ayah dan anak – anaknya
tidak terjalin oleh ikatan – ikatan fisiologis seperti menghubungkan si ibu
dengan anak – anaknya.
Bung Tomo termasuk cinta kepada
manusia karena sesama manusia karena Bung Tomo berjuang lewat pidato-pidatonya
di radio untuk membakar semangat arek-arek Surabaya melawan Belanda yang ingin
kembali menjajah Indonesia melalui tentara NICA. Cinta Bung Tomo juga termasuk
cinta seksual karena Bung Tomo dan Sulistina di karuniai 5 anak. Selain itu
Bung Tomo juga memiliki cinta kebapakan, cinta kepada Allah, dan juga cinta
kepada Rasul karena Bung Tomo yang terkenal dengan pekikan Allahu Akbar dalam
pidatonya yang menggelora itu sangat religius. Ia selalu berusaha menjalankan
perintah agama sebaik mungkin.Setiap hari ia mengajari anak-anaknya untuk
disiplin menjalankan salat, puasa, dan tidak boleh bohong seperti yang
diperintahkan agama.
Kasih sayang menurut kamus bahasa
Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta
atau perasaan suka kepada seseorang.
Bung Tomo sangat menyayangi
Sulistina ini dibuktikan oleh Bung Tomo karena Bung Tomo selalu mengirim
Sulistina surat romantis yang sudah dibukukan oleh Sulistina yang berjudul
“Romantisme Bung Tomo, Kumpulan Surat dan Dokumen Pribadi Pejuang Revolusi
Kemerdekaan” tahun 2006 lalu.
Kemesraan yang artinya perasaan
simpati yang akrab baik anatar pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun
yang sudah berumah tangga.
Kemesraan Bung Tomo sebelum dan
sesudah menikah tidak pernah luntur, Seperti Bung Tomo menatapnya dalam –
dalam, memiliki panggilan sayang untuk Sulistina, mengajak berdansa ketika
mendengar musik di televisi, selain itu juga Bung Tomo juga selalu membuka
pintu mobil untuk Sulistina. Kemesraan Bung Tomo pada Sulistina tidak pernah
luntur hingga akhir hayatnya.
Cinta Bung Tomo kepada Sulistina
tetap utuh hingga akhir hayatnya, perlakuan romantis Bung Tomo tetap dikenang
oleh Sulistina. Sulistina adalah satu satunya istri yang dicintai oleh Bung
Tomo. Cinta Sulistina kepada Bung Tomo tidak pernah berubah sejak mereka
pertama kali bertemu, sampai Sulistina meninggal dunia.
Referensi:
Kustilah. (2015) Bung Tomo
Religius, Antipoligami dan Suka Dansa [online]. Jakarta: DetikNews.
Available at: https://news.detik.com/berita/d-3065159/bung-tomo-religius-antipoligami-dan-suka-dansa
[Accessed 4 Juli 2019].
Akbar, Wishnugroho. (2016) Sulistina, Istri Pahlawan Nasional Bung
Tomo Tutup Usia [online]. Jakarta:
CNN Indonesia. Available at: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160831104816-20-155070/sulistina-istri-pahlawan-nasional-bung-tomo-tutup-usia [Accessed
4 Juli 2019].
Anjani, Pipin Tri. (2017) Dipertemukan Perang, Begini Perjalanan
Cinta Bung Tomo dan Sulistina, Terkuak Surat Cinta Romantis [online].
Available at: http://jatim.tribunnews.com/2017/11/10/dipertemukan-perang-begini-perjalanan-cinta-bung-tomo-dan-sulistina-terkuak-surat-cinta-romantis?page=4 [Accessed
4 Juli 2019].
Santoso, Agil Hari. (2018) Hari Pahlawan : Kisah Cinta Bung Tomo dan
Sulistina yang Bertemu di Kala Perang [online]. Available at: https://www.grid.id/read/04967454/hari-pahlawan-kisah-cinta-bung-tomo-dan-sulistina-yang-bertemu-di-kala-perang?page=all [Accessed 4 Juli
2019].
Komentar
Posting Komentar